Sunday 28 December 2008

Kasih

Akan datang kepadamu, Bani Israel, seorang raja dari Rumah Daud, demikian kata nubuat. Ia akan jadikan jalanmu terang dan masa depanmu gemilang. Kepadanya kau bersandar karena ia adalah juru selamat. Maka demikianlah segenap Israel berharap dalam cemas menanti sang pangeran.

Ramalan itu muncul saat Israel sedang genting. Ratusan tahun rakyat ditindas oleh bangsa asing. Kuil-kuil tempat pemujaan dihancurkan dan rakyat dipaksa jadi budak. Pendapat umum mengatakan bahwa Tuhan sedang murka pada Israel. Mereka ingkar janji dan tidak patuh. Maka untuk mereka dijatuhkan hukuman yang pantas.

Bangsa Israel untuk sekian lama mengharapkan seseorang yang sama cemerlang dengan Daud akan menghampiri mereka. Di bawah pemerintahannya Israel akan jaya di bidang politik, militer, dan keagamaan. Sang raja akan mengakhiri derita rakyat dan membangun kembali "Kerajaan Tuhan". Harapan tersebut terus membubung hingga akhirnya Yesus dari Nazareth datang.

Yesus adalah "Messiah" atau "Al-Masih" atau " orang yang diusapi". Ia --sebagaimana raja-raja Israel sebelumnya-- adalah raja yang diusapi rakyat; orang terpilih. Namun ia berbeda dari Al-Masih yang lain. Ia selalu menyatakan diri bukanlah pemimpin politik atau militer. Khotbahnya adalah tentang keselamatan dan ampunan Tuhan bagi semua orang, serta "kasih".

Ketika tulisan ini dibuat, Palestina sedang bersimbah darah. Kota seisinya remuk oleh pukulan dari alat tempur Israel. Korban jatuh. "Negeri Tuhan" dalam duka. Lingkaran kekerasan masih terjadi disana.

Di masa hidup Yesus, orang-orang Israel menunggu-nunggu seorang Al-Masih yang gagah dalam baju zirah; yang kedatangannya seirama dengan genderang perang. Karena mereka ingin menegakkan kembali negeri Israel dengan pedang. Tetapi Yesus justru datang dengan tunik dan sandal, mengatakan bahwa mereka harus mengasihi tetangga sebagaimana mengasihi diri sendiri.

Manusia di seluruh dunia kini juga sedang menanti "Al-Masih" untuk kembali. Namun kali ini sang Al-Masih diharap tidak hanya datang untuk Israel. Ia diharapkan jadi penyelamat bagi seluruh umat manusia. Orang-orang sudah begitu jengah dengan perang. Bagi mereka, Al-Masih berarti tangan yang mengelus hati-hati yang resah dan memeluk jiwa-jiwa yang marah. Dan disinilah kita, menanti dengan tekun.

Penantian atas penyelamatan bisa jadi sesuatu yang sia-sia. "Masa sekarang" tidak akan terulang. Jadi mengapa tidak kita coba hadirkan "kasih" itu disini, sekarang. "Kasih" bisa mewujud dalam yang sederhana. Bahkan Yesus tidak lahir di kamar yang hangat dan terang. Ia hadir ke dunia di malam sunyi yang senyap. Tetapi siapa bisa menyangkal ia diliputi oleh kasih dan sayang?

No comments: