Friday 30 January 2009

Sebuah Epithet


Kami adalah sejumlah ahli agama. Tentu saja kami merupakan orang-orang pilihan dari yang paling beriman. Ilmu kami tinggi, karena kami tekun memelototi kitab suci. Jubah kami serupa malaikat, hanya sayang kami tak punya sayap. Maka dengarkanlah kami, karena kami adalah penyambung lidah Tuhan.


Kami adalah pembuat hukum. Tugas kami berat sekaligus penting, karena kami memikirkan kemaslahatan umat. Namun kalian tidak perlu repot-repot urun pendapat. Biar kami yang bekerja, berdiskusi sampai pagi, mengutipi ayat dan dalil yang bisa mendukung kami. Kalian juga jangan ragu. Pemahaman kami atas persoalan sudah pasti benar. Kami tidak mungkin salah karena kami orang suci. Mungkin dulu Tuhan mencampurkan logam mulia dalam adonan penciptaan kami.

Kami hanya berusaha membantu, karena manusia sejak lahir membawa hasrat asal Adam. Kalian sering bingung bila dihadapkan pada pilihan. Itu karena iman kalian dangkal dan akal kalian pendek. Jadi, supaya kalian tidak salah pilih yang berujung pada kesesatan, maka kami langsung nyatakan saja bahwa memakan buah quldi dari pohon itu haram hukumnya. Yang melanggar adalah pendosa. Takdir mereka adalah jadi arang kayu bagi api neraka.

Hai orang-orang yang beriman, yakinlah pada apa yang kami tetapkan untukmu. Kami mencoba menjauhkan kalian dari laknat Tuhan. Maka laksanakan keputusan kami dengan keteguhan hati.

(Sesaat sebelum ketok palu, kami sempatkan diri melihat ke atas --ke arah Tuhan, bertanya-tanya apakah Ia yang berada di singgasana-Nya sedang mengangguk atau menggeleng kepada kami. Dan karena Ia tidak kunjung menjawab, kami pun saling memandang satu sama lain. Di mata rekan kami, terlihat tatapan yang mengatakan "Ya Tuhan, ampunilah kami yang lemah") 

7 comments:

Anonymous said...

gaya satirkah? saya menyukai tulisan ini, anda sudah mengekspresikan apa yang saya juga pikirkan.

Anonymous said...

hehe.. sdg belajar mncoba yang baru. sbenarnya terinspirasi tulisannya goenawan mohammad tentang pronografi

Marshmallow said...

masih seputar fatwa haram rokokkah? atau fatwa-fatwa lainnya?
keren deh tulisannya, mas ezra!
hmm... bisa jadi memang begitu, karena memilih itu sulit, maka mereka memilihkan untuk kita (?).

Anonymous said...

ya.. begitulah. manusia emang payah ya? hehe..
tp marilah kita kembalikan para ulama itu ke barak.. eh..pesantren ding.
kalo hak memilih dipaksa jadi "kewajiban", jangan-jangan kalo milih presiden perempuan nanti dimasukkan ke neraka lagi. hehe..
btw, saya bkn pndukung capres perempuan "yang itu" lho

Wibowo Kosasih said...

I like this ...
Dalem, Zra ...
Keep On ...

Babisuper said...

like?
no, i love this.

mencari jawab said...

ure abusing their minds dude. mine too,